Ikan Cupang Liar Endemik dan Terancam Punah di Indonesia
Ikan Cupang Liar Endemik dan Terancam Punah di Indonesia: Pengenalan Spesies dan Keberhasilan Budidaya
Salah satu komoditas ikan hias di Indonesia yang memiliki nilai jual tinggi di pasaran adalah ikan cupang. Banyak masyarakat umum menjadi pencinta ikan dan berusaha membudidayakannya (Alam et al. 2022) Harga jual Cupang Liar (Wild Betta) kualitas ekspor di pasar internasional bisa mencapai Rp 150.000,- hingga Rp 2.000.000/ ekor (Kusrini et al. 2011).
Sayangnya, banyak dari spesies ini yang terancam punah akibat habitat yang terus berkurang dan eksploitasi berlebihan. Berdasarkan data International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) beberapa jenis cupang liar sudah masuk daftar merah (redlist), diantaranya: Betta rubra, Betta burdigala, Betta hendra, Betta albimarginata, Betta picta dan Betta cracens.
Pada artikel ini, kita akan mengenal beberapa spesies wild betta endemik Indonesia yang status konservasinya memprihatinkan. Selain itu, akan dibahas juga mengenai teknik pembudidayaan yang efektif agar spesies-spesies ini bisa lestari.
- Betta rubra Aceh
- Asal: Rawa gambut di Singkil dan Sibolga, Aceh, Pulau Sumatra
- Penemuan: Pertama kali ditemukan oleh Perugia pada tahun 1893
- Nama "rubra" berasal dari bahasa Latin yang berarti merah.
- Status Konservasi: Endangered (Terancam punah)
Teknik Pemeliharaan:
Pemeliharan Betta rubra dilakukan dalam skala akuarium dengan menjaga dan memperhatikan suhu yang stabil dan memastikan pakan alami seperti kutu air selalu tersedia sebagai pakanya. Selain itu, gunakan daun ketapang untuk menurunkan pH dan menjaga tingkat asam yang stabil agar menyerupai habitat aslinya di perairan gambut.
2. Betta burdigala
- Asal:Hutan rawa gambut di Desa Bikang, Pulau Bangka.
- Habitat: Hidup di rawa gambut dan perairan hitam dengan pH 4,7-5,1.
- Status Konservasi: Critically Endangered (Terancam punah)
Teknik Pembudidayaan:
Menjaga kualitas air dan suhu sangat penting dalam pembudidayaan Betta burdigala. Air harus diberi perlakuan khusus untuk menciptakan kondisi air hitam yang serupa dengan habitat aslinya. Perawatan yang teliti dalam tahap pembiakan dapat meningkatkan populasi ikan ini.
3. Betta hendra
- Asal: Sungai Sebangau, Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
- Habitat: Hidup di hutan rawa gambut dengan kedalaman 5-50 cm.
- Ancaman: Spesies ini bergantung pada habitat tertentu
- Status Konservasi: Critically Endangered (Terancam punah)
Teknik Pembudidayaan:
Penggunaan substrat dan tanaman air yang tepat serta pengaturan cahaya dapat membantu simulasi habitat alaminya, sehingga ketika dilakukan pemeliharaan di akuarium dapat menyerupai habitat asli seperti di alamnya.
4. Betta albimarginata
- Asal: Sungai Subuku, Kalimantan Timur.
- Habitat: Hidup di perairan dangkal dengan kedalaman 5-10 cm.
- Status Konservasi: Endangered (Terancam punah)
Teknik Pembudidayaan:
Pembudidayaan Betta albimarginata memerlukan perhatian khusus pada air yang tenang dan dangkal. Penting juga untuk menjaga keberadaan tanaman air yang sesuai sebagai tempat berlindung dan berkembang biak. Telur yang diinkubasi dalam mulut jantan perlu dipantau untuk memastikan mereka tidak terancam stres atau gangguan lingkungan.
5. Betta picta
- Asal: Ambarawa, Pulau Jawa.
- Habitat: Hidup di aliran air jernih perbukitan
- Status Konservasi: Perlu perhatian khusus, karena habitatnya terbatas.
Teknik Pembudidayaan:
Betta picta membutuhkan lingkungan dengan aliran air yang baik dan bersih. Akuarium sebaiknya dilengkapi dengan filter yang mensimulasikan aliran air dan disertai bebatuan serta tanaman air.
6. Betta cracens
- Asal: Hutan rawa di Selatan Bertam, Jambi, Pulau Sumatra.
- Habitat: Hutan rawa air tawar dengan kedalaman 5-80 cm.
- Status Konservasi: Tidak disebutkan secara spesifik, namun habitat yang terbatas mengindikasikan kerentanannya.
Teknik Pembudidayaan:
Akuarium dengan kedalaman beragam dan tanaman air adalah kunci untuk Betta cracens. Menjaga kualitas air serta memberikan pakan alami yang sesuai juga akan membantu meningkatkan keberhasilan pemeliharaan ikan Betta cracens.
REFERENSI:
Alam, A. S., Rustaman, M., & Firmansyah, A. 2022. Analisis Strategi Pengembangan Bisnis Budidaya Ikan Cupang Hias Di Hegarmanah Farm Ikan Hias Kabupaten Cianjur-Jawa Barat. Journal of Sustainable Agribusiness. 1(1): 14–20.
Kusrini, E., sudarto, & Kusumah, R. V. 2011. Aspek biologi dan reproduksi ikan cupang alam (Betta bellica ) dan potensi budi dayanya. Prosiding Seminar Nasional Ikan VI (6): 197–200.
Rifai, A. (2024).Karakteristik Habitat Ikan Cupang Liar (Wild Betta) Endemik sebagai Dasar Pengembangan Potensi Budidaya di Kabupaten Labuhan Batu Raya. Tugas_Akhir (Artikel) Jurnal Agroqua. 21(2): 360-366.
https://bbppkupang.bppsdmp.pertanian.go.id/blog/mengenal-ikan-betta-rubra. Diakses pada hari Minggu 20 Oktober 2024.
https://www.seriouslyfish.com/species/betta-burdigala/. Diakses pada hari Minggu 20 Oktober 2024.
https://www.keepingfish.com/betta-hendra/. Diakses pada hari Minggu 20 Oktober 2024.
https://www.exclusivebetta.co.za/product/wild-betta-albimarginata-pair/. Diakses pada hari Minggu 20 Oktober 2024.
https://smp.ibcbettas.org/species/picta.html. Diakses pada hari Minggu 20 Oktober 2024.
https://teamborneo.com/lineup/bangka.html. Diakses pada hari Minggu 20 Oktober 2024.
Komentar